Jumat, 29 September 2017



Malam. Bukakan pintu mimpi indah penutup hari. Berikan yang terindah untuk yang terindah. Yang teindah dari semua yang kau ciptakan indah. Deny.
***

Aku Zahra, ini hanya sepenggal kisah dari kisah yang ada dalam hidupku. Jendela terbuka, sinar mentaripun menerpa. Sudah pagi. Rutinitas pagi hari. Suara-suara dari luar sana, ibu-ibu memilah-milah sayuran di jalan samping rumahku. Gelak tawa anak-anak memakai seragam merah putih berlarian menuju sekolahnya. Aku masih di tempat tidurku. Mengerjapkan mata yang masih susah terbuka.

Ku mulai rutinitasku, mandi, sarapan berangkat sekolah. Sekolah ku memang sedikit jauh, tapi setiap pagi ada yang selalu menjemputku dengan senyuman di balik pintu depan rumah. Dia Deny, orang yang selalu menghujani perhatian untuk ku. Entah mengapa.

“tintin”
“Bunda, Zahra berangkat dulu ya, tuh Deny udah jemput”, ucapku pada Bunda yang selalu menemani ku menghabiskan sarapan pagi yang selalu ia hidangkan.
“Iya, ati-ati”, jawab Bunda.
***



“ Sory lama, hehehe”, ucapku pada Deny sambul naik ke motornya.
“Iya, ngga papa kog”, jawab Deny di ikuti senyumnya seketika ia memutar gas menjalankan roda dua ini.
Manis. Selalu itu yang ku pikirkan saat Deny tersenyum. Dan saat itulah aku sadar, AKU SUKA DIA.
***

“ Kamu duluan aja, aku parkir motor dulu.”, ucap Deny.
“Okay..!!”, aku melangkahkan kakiku menuju kelas, dan BRUG!! Buku yang ku bawa berjatuhan di lantai.
“Ra’.. sory gue nggak lihat elu. Gue bantuin deh ya.. maaf.. maaf banget.”, ucapnya sambil membantu membereskan buku-buku ku yang berjatuhan di lantai.
“Engga papa kog Don.”, jawabku yang juga sambilmembereskan buku-buku yang berjatuhan di lantai.

Dia Dony, orang yang mendekatiku selama ini. Aku salut dengan perhatiannya. Tapi sayang, hati manusia tidak bisa di atur dan cinta nggak bisa otomatis tikung sana sini.
“Ada yang sakit nggak? kalo ada aku bantuin ke UKS”, ucapnya lagi sambil memandangku. Pandangan yang menyejukan, mendalam namun aku tak suka.
“ Enggak kog, yaudah, aku mau ke kelas, di tungguin Deny.”, jawabku dengan menyebut nama Deny yang aku tau itu membuatnya terluka. Aku tau itu, sinar matanya berubah masam dengan senyum kecut yang ia berikan untuk menutupi kecewanya. Maaf.
***

Ternyata Deny sudah ada di tempat duduknya. Wajahnya muram. “Eh Den, kenapa? Kog pasang muka asem gitu?”, tanya ku.
“Nggak apa-apa”, jawabnya sambil berdiri meninggalkan ku sendirian di tempat duduk ini. Aku bingung, mengapa dia berubah. Aku menunggunya… 5 menit. 10 menit. 15 menit. Deni tak kembali. Aku memutuskan mencarinya.
Sampai di kantin, aku melihatnya bersama Vina. Aku merasa hal berbeda. Sedih, marah, tak terungkapkan. Aku sesak. Aku cemburu.

Aku mendekati mereka yang bercanda dan tertawa. Tanpa pikir panjang aku duduk di antara mereka, “PERMISI”.
“Kamu kenapa sih?”, tanya Deny.
“Kamu yang kenapa? Tiba-tiba cueg, terus dua-duaan lagi sama dia.”, jawabku.
“Ya kamu tadi juga dua-duaan sama Dony.”, jawab Deny.
“Dia Cuma bantuin aku beresin buku kog.”, ucapku sampil pasang muka jutek.
“Ya udah , aku sama Vina juga Cuma duduk doang kog, enggak lebih, terus apa masalahnya ?”, tanya Deny.
“Ya aku cemburu.” Jawab ku spontan tanpa pikir panjang. Malu. Aku langsung berdiri dari tempat itu dan berniat untuk pergi. Tapi tangan Deny menahanku. “Aku sayang kamu Ra.” Ucap Deny. Aku menoleh padanya, dia menatapku lembut. “Apa kamu bilang?” , tanyaku memastukan bahwa aku tidak salah dengar. “Aku suka kamu sejak lama, aku juga cemburu liat kamu sama Dony tadi.”, jawabnya. “Kamu mau kan jadi orang special dalam hidup aku? Temenin aku di semua keadaan. Aku tau, kamu juga sayang aku kan? iya kan?”, ucap Deny lagi. “ Aku mohon. Jadilah yang terindah dalam hidupku.”, ucapnya lagi yang kali ini sambil berlutut memegang lembut tanganku.

Aku hanya diam, mataku berkaca-kaca, tanpa ku sadari air mata ini jatuh. “Aku mau”, jawabku. Deny bangkit dari posisinya semula dan langsung memelukku di sertai tepuk tangan riuh siswa-siwa lain di kantin.
“Woy.. temen-temen, ada yang baru jadian nih… minta traktir yoookkkk…”, teriak Vina yang semula hanya diam dan disertai dengan gelak tawa seluruh siswa yang sedang duduk di kursi-kursi kayu itu.
“Loh Vin, kamu kog?”, tanyaku bingung pada Vina yang tiba-tiba teriak kasih pengumuman ke temen- temen. Vina hanya tertawa melihat kebingungan dimuka ku. “Iya, jadi aku sama Vina Cuma mau ngerjain kamu aja, aku mau liat reaksi kamu.. eh taunya ceburuuuuu” ucap Deny sambil mencubit pipiku yang kembali lagi di sertai sorakan teman-teman.

Hari ini aku bahagia, hal terindah itu memilikiku dan jadi milikku. Meski aku tau, di balik dinding itu ada yang termenung menangisiku. Dony.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © SCENARIO ART - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -